Kebanyakan tempat wisata di sekitar Makassar Maros memiliki nama yang berulang, seperti Rammang – Rammang. Kami menyewa satu kapal untuk berdelapan, duduk dengan rapi sambil menikmati pemandangan sekitar sementara pemandu kami sibuk mendayung dan menjelaskan perihal objek wisata ini. Hamparan rawa yang kami lewati aman karena tidak ada buaya di kawasan ini, unlike Borneo dudes ~ Di kanan kiri bisa kita lihar jajaran pepohonan berderet rapi, sedangkan sejauh mata memandang bisa kita lihat kokohnya perbukitan karst berdiri. Subhanallah, lukisan alam yang menyejukkan mata
Kami tiba di daratan di mana terdapat sebuah kampung bernama Berua yang biasa digunakan untuk singgah para wisatawan yang berkunjung. Kami berhenti sejenak untuk sholat dan berfoto. Di gubug dekat mushola terlihat jajaran foto yang memperlihatkan animo pengunjung yang memposting gambar mereka di tempat wisata ini dan turut serta memperkenalkan Rammang – Rammang ke khalayak ramai. One of the advantages of having social media, you could show the people how good the place is.
Hujan mulai turun ketika kami berjalan di persawahan, move move guys. Hujan semakin deras mengguyur ketika kami sampai di dermaga. Alhamdulillah kami tak terlalu basah kuyup karena hujan. Untunglah drama nyaris gagalnya trip ke Rammang – Rammang berujung gembira. Saatnya aku dan satu kawanku yang juga bekerja di Kalimantan mengejar waktu penerbangan kami yang tinggal sejam lagi. Untungnya penerbangan delay setelah kami terjebak macet di jalanan ibukota (Sulsel). Di sinilah hikmah delay yang kami alami membawa rejeki sehingga kami bisa sampai tepat sebelum pesawat boarding.
Sampai jumpa Sulawesi, nice to explore you, till we meet again. Be wonderful as always ~