Sepuluh tahun itu bukan waktu yang sebentar sebenarnya, rasa tak ikhlas sudah pasti ada ketika nomor hape yang sekian lama kupakai harus hangus karena kecerobohan yang tak disengaja. Ya, setelah sekian lama ditinggalkan untuk prajab nomor hapeku hangus karena tak pernah digunakan. Sayang sih tapi mau gimana lagi aku mah ga bisa apa – apa. Semoga nanti nomor hape barunya lebih bermanfaat lah ya, nomor yang lama saksi jaman pubertas sampai dewasa harus pergi begitu saja.
Kedengarannya emang lebay, tapi ya mau gimana sedihlah patah hatinya lebih patah daripada ditinggal gebetan milih cewek lain, lebih sedih daripada orang putus. Harus dimulai dari awal, masih bingung mau beli nomor baru dan mau gimana. Ke galeri Ind*S#t pun tak bisa menyelamatkan nomor hape dari kehangusan, malu – maluin sih pake acara nangis di sana.
Setelah ke kantor cuma dua jam karena harusnya kami hari ini libur, aku ke service center benerin hape juga, ke artos makan cengo dan kehujanan. Rencana kirim surat batal, rencana ngenet cantik dan ngilangin stress akhirnya terlaksana. Walaupun masih sedih karena kehilangan nomor hape yang lama diikhlasin aja ya, inget pelajaran nasionalisme soal kecenderungan kita sebagai manusia untuk melekatkan entah barang atau orang dianggap sebagai milik kita. Insya Allah nomer hape baru ada hikmahnya buat memulai cerita baru kan?
Who knows?
Cheers gak cheers,
Anggi Restiana