Hidup di kota terramai di Kalimantan dan katanya paling layak huni di Indonesia tak serta merta membuat sebagian penduduknya betah hanya berdiam diri di seputar kota, tak terkecuali untukku. Bagi yang bosan dengan kehidupan kota sekedar main ke perbatasan Balikpapan dan kota tetangga yang masih dipenuhi banyak hutan cukup menyenangkan. Sabtu pagi long weekend di bulan Maret, ajakan keluarga mbak Rahma untuk nyebrang ke Penajam lumayan membunuh kebosanan daripada harus di kosan, nge inem bersih bersih kosan, nyuci dan masak seharian.
Kami naik mobil dari kota menuju pelabuhan penyeberangan Semayang. Menempuh perjalanan satu jam dari kota kami sampai di Kabupaten Penajam Paser Utara. Wilayah ini tak seramai Balikpapan memang, masih banyak tanah yang kosong dijual meskipun banyak yang sudah dilakukan pembangunan. Areal perkebunan sawit di Penajam cukup banyak, bahkan salah satu arealnya milik keluarga Mbak Rahma. Areal perkebunan yang masih luas di Penajam memang menjanjikan untuk dijadikan lahan bisnis. Selepas rehat sejenak seusai melewati kebun, kami mampir ke tempat teman Mas Aris (suami mbak Rahma) yang merupakan pengusaha setempat ngobrol sedikit banyak sembari Rana, Fadil dan Awan (anak – anak mbak Rahma) bermain di taman.
Seharian kami berkeliling di Penajam, mampir di kebun sawit dan memutuskan untuk pulang ke Balikpapan tanpa menyeberang teluk lagi tapi melalui jalan darat dengan kondisi jalan “Kalimantan”. Menempuh perjalanan melalui penyeberangan sembari bercengkerama dengan anak anak mbak Rahma yang tak kenal lelah dengan perjalanan yang kami tempuh sangat menyenangkan. Dibanding harus seharian ndekem di kosan pasti lebih membosankan. Perjalanan pulang dengan jalur berbeda membuat satu persatu dari kami tumbang, kelelahan di mobil. Jalan yang kami tempuh pun kondisinya miris, ini jalan baru benar – benar jalan Kalimantan, kata mbak Rahma. Kondisi jalan php alias pemberi harapan palsu, sebentar jalan lurus dan mulus tiba tiba ada lubang menganga di depan. Sempat mobil yang kami naiki hampir saja oleng ke samping, untung mas Aris yang menyetir sigap. Jalan yang kami tempuh selama enam jam untuk sampai ke Balikpapan tembus kawasan Hutan Bangkirai ternyata. Hari sudah berakhir, malam menjelang dan energy kami sudah habis terkuras. Terima kasih untuk cerita perjalanan baru yang ditempuh weekend ini, seru tapi jangan sering sering ya ketemu jalan begini.
Hope to get another interesting stories.
See ya,
Anggi
Thanks a lot Lovie 🙂