Terikat dan mengikat adalah dua hal yang berkesinambungan yang terjadi antara dua pihak yang berkesepakatan. Dalam hal ini ada dua hal yang erat hubungannya dengan ikatan yang selama ini menjadi momok baginya, ialah komitmen dan pernikahan. Terdengar klise memang takut akan dua hal ini, tapi ini terjadi setidaknya untuknya yang nyaris jera mencoba lagi dan lagi. Wanita tuna asmara yang selama ini masih haha hehe dekat dengan banyak orang ini mulai runtuh pertahanannya perlahan lahan. Dia mulai menyadari bahwa ketidakpastian dan ketidakjelasan status hanya akan membawanya berjalan di tempat dan berpusar pada hal yang begitu begitu saja, pengisi pesan masuk dengan ritme sama akan masuk lagi dan lagi dengan hanya berganti nama pemerannya.
Hai aku orang baru yang akan masuk ke kehidupanmu begitulah mungkin isi pesan yang tersirat ketika si lama sudah lewat masa daya tariknya dan mulai menghilang dari peredaran pusaran pengisi hidup kesepiannya. Si gadis mudah bosan yang selalu dengan mudahnya merasakan suka, pun dengan mudahnya tidak lagi merasakan apa apa ini butuh seperempat abad untuk tahu apa yang dia butuhkan. Yang menarik punya masanya dan akan jadi membosankan baginya, yang menggebu akan hanya jadi kenangan lalu karena hal yang ia sendiri pun tak tahu. Ada ketakutan yang selalu meliputinya ketika ada yang mendekat, takut mengecewakan, takut tidak diterima apa adanya ketika terlalu banyak saling tahu dan takut semua tidak akan terjadi sesuai harapan ketika akan saling mengikat. Memang terikat terkadang sepertinya menyenangkan, terkadang terlihat membosankan dan tidak cocok untuk jiwanya yang selalu bebas sebelum sekarang. Dia tahu dia tidak mudah membangun komitmen dan ketakutan akan kegagalan ketika memulai hubungan. Tak pernah berhasil mengeksekusi dan menaikkan statusnya dari hanya sekedar gebetan, toh tak terikat dengan banyak orang lebih menyenangkan karena tak harus ada orang yang dia jaga perasaannya. Tapi dia salah. Bertahan dengan ketidakpastian memang menyenangkan tapi tidak ada kejelasan yang dia dapat dan tidak ada seseorang yang dia peluk erat ketika seisi dunia dengannya tak sependapat. Dia butuh seseorang untuk menjadikannya rumah dan sama sama menjadi tempat kembali ketika sedang gundah, yang sama sama merasakan gembira ketika salah satu ataupun berdua bersuka ria. Dia butuh berhenti dari banyak gerakan yang tidak perlu, sudah waktunya berdiam.
Tumbuh di lingkungan dengan kebanyakan pria dari belia dan banyak hal yang dianggapnya biasa ternyata luar biasa bagi kaum adam yang dekat dengannya. Butuh waktu lama untuk bisa menyadarkannya ketidaktegasan dapat merugikannya, terjebak ketidakjelasan yang selama ini selalu dibiarkannya tak akan terulang lagi. Sudah cukup banyak toleransi diberikannya untuk yang hanya datang untuk mampir, mengambil manfaat, memberi pelajaran atau tinggal sebentar kemudian pergi menghampiri yang lain layaknya pria kesepian mampir ke kedai kopi favorit sebelum menuju tujuan akhirnya. Dan dia selalu menjadi kedai kopi itu, hanya sekedar tempat mampir. Atau dalam keadaan lain dia hanya seperti pinggiran roti yang dibuang ketika membuat sandwich dengan roti tanpa pinggiran, lama bersama bukan berarti selamanya ya begitulah nasibnya.
Melihat teman temannya mulai menetap dan menemukan seseorang yang menjadi rumah, mengupgrade status sendiri menjadi berdua, bertiga atau bersekian dan membentuk clan keluarga mereka kadang membuatnya sedih. Sedih karena keadaan tak sama seperti yang dia ingin, mereka tak lagi selalu ada karena perbedaan prioritas. Yang dulu dengan mudahnya ditemui tak lagi kini, yang dulu selalu iya iya saja kini tak lagi sama, mereka akan pergi. Fase hidup memang tak bisa dihentikan, yang terlihat jauh akan cepat terasa terlewatkan. Pada akhirnya dia akan butuh berhenti, menetap pada satu yang belum ditemu hingga kini. Komitmen dan menikah bisa jadi menakutkan ketika kita tidak bertemu dengan yang tepat. Pun bisa menjadi hal menyeramkan ketika salah arah dan tujuan. Memang tak setiap ikatan pernikahan bisa bertahan, bayangan kegagalan akan selalu datang. Banyak yang dimulai penuh bahagia berakhir derita, banyak yang enggan memulai karena takut luka, dan banyak hal yang tak diinginkan terjadi diluar kuasa manusia. Tapi untuk tahu sebuah komitmen dan pernikahan akan berlangsung bahagia dengan keterikatannya bukankah seharusnya kita berani mencoba?
Dear wanita yang takut terikat, nikmatilah kesendirianmu dengan bahagia tanpa perlu tergesa. Semua planet punya orbitnya, pun juga rencana hidupmu akan berjalan sesuai kuasaNya.
Yang penting tetap bahagia :”)))