Perjalanan dengan kereta dari Agra menuju Delhi memakan waktu kurang lebih 5 jam. Kereta kami yang konon katanya tepat waktu mengalami keterlambatan dan berujung pada another bad luck . Sempat mampir dulu di lounge stasiun daripada ngemper di luar panas, toh harganya cukup terjangkau. Ketar ketir dengan perjalanan kami ke Delhi ini, masih berada di antah berantah ketika waktu hampir menunjukkan sekian jam sebelum penerbanganku seharusnya. Sempat tidur hanya sebentar dan gusar karena takut ketinggalan pesawat, melongok keluar jendela dan pemandangan sudah gelap gulita melewati hutan. Wildan dan Mas Try masih tertidur, sementara Mas Bayu yang duduk di sebelahku dan melihat muka gusarku ini mencari bantuan ke orang yang bisa memberikan solusi.
Train from Agra to Delhi takes about 5 hours ride. Our train is famous for being on time all this time but turns out to be late when we take the ride and brings us to another bad luck. We stay in the lounge than being in such messy condition outside, it’s cheap stay though. Being afraid of this journey to Delhi and we’re still somewhere in the forest when it’s several hours before my flight. I sleep and feel uneasy for not wanting to miss my flight, see the view outside the window and it’s getting dark near the forest. Wildan and Mastry still sleeping peacefully while Mas Bayu who’s sitting beside me offer me some help since my face shows too much worry.
Dua jam menuju jadwal keberangkatan pesawatku dan belum juga sampai Delhi sementara penerbangan kami berempat terpisah, aku dan Wildan, Mas Try dengan Mas Bayu. Check in online pun sudah tidak bisa dilakukan, akhirnya ada seorang mas mas India (sebut saja Rahul) yang akan membantuku dan Wildan lebih cepat sampai bandara dengan memotong jalan sementara Mas Try dan Mas Bayu akan melanjutkan jalan ke Delhi. Well, antara cemas dan pasrah kalau nasib kami buruk dan ketinggalan pesawat ke Indonesia aku melompat dari kereta yang masih melaju. Lari secepat mungkin mengejar Rahul dan Wildan yang langkah kakinya lebih cepat dan duluan, melintasi perkampungan dekat rel dan segera ngebut dengan Uber yang kami pesan.
Two hours to my departure and we haven’t arrived in Delhi while we all four gotta take separate flight, me and Wildan while Mastry with Masbay. Check in online is no longer option for me, then there’s an Indian guy gonna help us (just call him Rahul) and passing through some shortcuts while Mastry and Masbay will continue their way to Delhi. Well, being worry and giving up If we have another badluck and miss the flight to Indonesia, I jump off the running train. Run as fast as I can following Wildan and Rahul who move way faster, passing through the slum area and taking uber to the airport to catch the flight.
Sampai bandara dan sudah di depan counter check in terbanglah sudah pesawat kami ke Indonesia, boleh sedih gak? Hancur banget rasanya ketinggalan pesawat pulang ini, lebih hancur hati ketimbang melihat lelaki yang pernah dicintai menikah sama yang lain. Nyesek coy! Istilahnya orang nyetrika ini bolong dobel, nombok deh kudu beli tiket baru demi bisa pulang ke Indonesia. Desperately stranded di airport aku dan Wildan gantian nyari solusi sambil jaga barang. Kami mencoba cari tiket baru dengan berbagai pilihan rute, coba ke counter penjualan tiket harganya ga wajar, mau keluar bandara juga ga bisa karena kami tertahan di dalam. Hidup segan mati pun tak mau ini mah. Mau nangis juga kering ini air mata.
Arrive in the airport and we miss the flight. Am I allowed to feel sad? I feel so broken and messed up to miss this flight, way broken than being left by the guy I loved to marry other girl Too sad! As If you’re ironing clothes but the whole not only in one spot. LOL!We buy another ticket to go back to Indonesia. Desperately stranded in the airport, me and Wildan try to find some solutions while keeping our baggage. We try to find the new tickets with several probabilities, ask the ticket counter but the price insanely high, wanna go out of the airport but we can’t. Wanting to cry but no tears left since I’m too sad of this condition.
Day 11, Monday April 23rd 2018
Setelah sekitar 3 jam lebih mencari solusi tanpa hasil diputuskanlah hubungan kami kembali ke hostel awal kami menginap di Karoolbagh, Bajaj Homestay. Mastry dan Masbay sudah terlelap dan resepsionis akhirnya membukakan pintu setelah kami mencoba menelepon semua nomor yang tertera di google. Desperate? Iya. Akhirnya setelah mandi dan duduk agak tenang ketemu juga alternatif tiket kami pulang dengan dua kali transit di Kolkata dan Bangkok. Gapapa deh daripada ga pulang.
After spending three hour with no solution we go back to our previous hostel in Karoolbaagh, Bajaj Homestay. Mastry and Masbay are sleeping when we come back. Finally we can go in after calling out all the number in Google we found. Desperate? Of course! Finally after taking a bath and calming myself we can get the alternatives with two transits in Kolkata and Bangkok. Better than not going home~
Perjalanan panjang kami kembali ke Indonesia terasa semakin ga asik karena makin ke selatan makin ga ngobrol, bete betean. Well, kami berjalan sendiri sendiri sekarep karepmu mau ngapain karena jalan bareng orang yang all the time pake earphone terasa ga asik akhirnya aku sibuk sendiri juga. Lelah banget ya transit tengah malam di Kolkata badan semakin ngedrop rasanya. Pake acara muntah pun 🙁
The way back to Indonesia feels suck when going more to the south you’re not having good interaction with the travelmate. We go on our own ways. Whatever you wanna do just do, go your direction I don’t care. How is it supposed to be fun when your travelmate wearing earphone and just stay still. My body feels weaker while reaching Kolkata. I even vomit, too sad to happen 🙁
Day 12, Tuesday April 24th 2018
Sampai di Suvarnabhumi Airport pagi pagi hari dan kami segera pindah ke bandara Don Mueang untuk pindah pesawat mengejar penerbangan selanjutnya ke Jakarta. Ke Bangkok lagi alamak, baru Februari kemarin ketemu kota ini :”> Setelah sampai Jakarta pun drama belum selesai, menunggu bagasi yang lama akhirnya berujung nggangguin temen yang sibuk kerja di cargo bandara. Pesawat sore ke Balikpapan pun akhirnya membawaku kembali ke realita. Selamat kembali lagi ke rutinitas kerja, jangan lupa bahagia meskipun kembali jadi mbak mbak front office lagi.
Landed in Suvarnabhumi airport early and soon we’re moving to Don Mueang to catch the flight to Jakarta. Bangkok again omg, it’s just last February I see the city. Arrive in Jakarta and the drama hasn’t over yet, waiting for the baggage too long and disturbing my NZ mate while he’s working in the cargo. The afternoon flight take me to the reality again. Welcome back to the working routine, please stay happy eventhough being a front officer is hard.
See you in another trip,
with myself I guess it’s better not including any person in another further trip
Adios
Travelanggi
Hi Anggi.. seneng baca tulisannya. mau nanya dong .. kok bisa sampe 2x ketinggalan pesawat ? terlalu mepet ya?
Halo Mbak Ervita, terima kasih sudah mampir ke blog ini. Ini mungkin karena manajemen perjalnananya agak kurang pas, yang pertama ketinggalan karena kesalahan maskapai sih mbak harusnya flight langsung tiba tiba kami transit jadi pesawat kami selanjutnya ga kekejar. Kalau yang kedua spare waktu kami ternyata terlalu mepet setelah keretanya mengalami keterlambatan parah dan sampai bandara sudah mepet waktu flight kami ke Indonesia. :”)
Waktu ngalaminnya pasti bete banget ya. Habis waktu dan biaya buat pulang. Tapi kan jadi cerita seru di blog ya. Pengalaman juga buat yg lain
Aku gak kebayang pasti aku mewek banget kalo ada di posisi itu, wajar kalo akhirnya bete-betean. Tapi jadi pengalaman berkesan ya
seru ajaa deh pengalamannya mba. Banyak pertanyaan sebenernya tentang trip ke India, khususnya untuk menghindari hal – hal lucu yang ngga lucu kayak urusan tipu menipu hehehe. Thanks for sharing it ya mbaaa