Bromo, destinasi yang sudah tak asing di telinga, bagi kita wisatawan domestik pun juga mancanegara kini semakin banyak mengenal kawasan wisata satu ini. Aku dan geng Tiung (Arum, Mba Istu, dan Mba Dewi) akhirnya mengadakan reuni trip di sela kesibukan kami sebagai pekerja kubikel bertempat di Bromo. Bermodalkan tiket pesawat yang harganya membuatku ingin menangis karena kenaikan yang sangat sangat parah ini, trip singkat ini berkesan bagi kami yang haus hiburan.
Jumat malam, 2 Agustus 2019 aku, Arum dan Mba Dewi menempuh perjalanan dengan maskapai singa dan melanjutkan perjalanan kami menuju rumah Mba Istu setelah dijemput travel dan makan bersama di Bebek Sinjay. Bagi kalian yang mampir ke Surabaya, jangan lewatkan kuliner bebek satu ini. Dijamin nagih! Kalo ga nagih ya gapapa, seleranya beda kali ya.
Menikmati wisata ke Bromo bisa ditempuh dari beberapa kota terdekat, kami melewati Pasuruan. Perjalanan menuju Bromo ditempuh lebih cepat karena kami melewati tol antar kota. Dingin menusuk dini hari merasuk ke tulang yang sudah terbiasa dengan kehidupan kota ini. Kami berganti kendaraan dari mobil kami ke jeep yang setia menemani perjalanan kami ke area Bromo. Mas Dinok driver kami tak ikut naik karena akan ada driver lain yang menemani kami, Mas Anto.
Perjalanan dengan jeep kami tempuh selama sejam menuju lokasi pertama, Sunrise Point. Musim liburan dan weekend membuat jalanan penuh sesak dengan para wisatawan seperti kami. Berdiri di spot untuk melihat sunrise dan komplek pegunungan Bromo Tengger Semeru, kami mendapati hari cerah dan pemandangan bagus. Cekrek cekrek bergantian dengan segerombolan Bapak Bapak yang sedang senangnya berfoto bareng bule. Baiklah, kami segera berpindah tempat agar tidak kesiangan dan pulang telat nantinya.
Beranjak dari sunrise point, kami menuju Savana Bukit Teletubbies. Langit biru, cuaca cerah, matahari mulai menghangat dan pasir pasir sudah semakin beterbangan tertiup angin. Pemandangan Bromo berhasil menjadi salah satu yang kusyukuri untuk lihat dan nikmati setelah 7 tahun sebelumnya selalu gagal ke tempat ini. Kami berempat berfoto bersama kuda yang disewakan oleh penduduk setempat. Berpindah lagi dari kawasan savanah kami meminta driver kami untuk berhenti di kawasan berpasir untuk foto ala ala dengan jeep yang kami naiki. So here we go, lagi lagi Arum ngga mau naik naik manjat untuk foto. Definisi membantu teman untuk naik mungkin bisa dilihat di foto kami ini. Ketawa ngakak ga berhenti.
Bromo yang sedang mengalami naik turun erupsi membuat kawasan kawah tidak dibuka bagi wisatawan. Kami hanya berkunjung hingga kawasan sebelum pura sambil berfoto dan naik kuda lagi. Cukup terik matahari bersinar hari itu, kami selesai mengunjungi tempat – tempat yang memang bagus. Perjalanan kami kembali ke titik awal perjalanan terasa melelahkan, muka kucel berdebu dan badan yang sudah mulai kegerahan plus kelelahan membuat kami tepar. Aku deng, ehe. Kami makan dan bebersih badan sedikit sebelum menuju Air Terjun Madakaripura setelahnya.
Ganti kostum dan kami segera meluncur ke destinasi kami selanjutnya, yeah trekking lucu ke air terjun sudah siap menanti. Niat hati tak ingin basah, setelah berjalan kaki dan sampai di air terjun kami mengenakan jas hujan agar tak sekujur badan dan barang bawaan basah. Sayang go pro dan hengpong nya kalo sampe semua kemasukan air beb. Awalnya masih ragu ragu akhirnya kami semua kecipak kecipik mainan air terjun. Luar biasa, seger banget ya Rabb mata air asli ini. My trip my adventure kami tutup hari ini dengan air terjun Madakaripura. Oiya untuk akses motor bisa sampai gerbang utama, tapi mobil harus parkir jauh dan bisa ditempuh perjalanan sampai dalam dengan ojek warga ataupun nambah trekking jalan kaki.
Kami bergegas kembali ke Sidoarjo sebelum hari gelap, beberes, makan. Agenda malam hari Mba Istu harus kondangan dan ditemani Arum, sementara aku dan Mbak Dewi akan ke mall duluan. Dan ternyata guys kelelahan meriang karena baju untuk ke air terjun sampai kering di perjalanan membuatku tepar di mall. Perjalanan kami hari berikutnya hanya sekitar kota Sidoarjo untuk makan seafood, jajan jajan, belanja di sentra kulit Tanggulangin untuk membeli barang kerajinan yang kami idamkan. Bagi penyuka kerajinan dan produk dari kulit, Tanggulangin adalah temapt yang sudah tersohor dari dulu. Aku pun jatuh hati dengan sepasang sepatu boots kulit berwarna coklat. You just know you find the right pair when you see it right? Berasa kaya cari jodoh aja ya beb harus nemu yang cocok dulu. Perjalanan kami ditutup dengan semangkuk rawon hangat di Jalan Sedati (wkwkwk inget mantan nama jalannya euy). Selamat tinggal Jawa Timur, been a nice short trip. Waktunya mencari rejeki demi segepok tiket dan tetap traveling.
Cheers,
Anggi